Kamis, 30 Oktober 2014

Penyakit akibat diving

PENYAKIT AKIBAT DIVING

Decompresion Illness (DCI)

Penyakit ini terbagi menjadi dua yaitu:
  1. Decompression sickness atau 'the bends' adalah suatu kondisi dimana gelembung udara di pembuluh darah menghambat aliran darah sehingga menimbulkan rasa nyeri dan gejala lainnya. Secara sederhana gejala penyakit ini dibagi berdasarkan organ atau system tubuh yang terkena, yaitu tipe 1 (ringan-muskuloskeletal atau persendian) dan tipe 2 (berat- cardiopulmonal dan neurological). Gejala biasanya muncul ketika atau setelah penyelam naik dari kedalaman. Secara umum gejala muncul dalam waktu 6 jam, 50% diantaranya muncul dalam 1 jam pertama. Gejala berhubungan dengan derajat atau tipe penyelaman yang dilakukan, secara umum makin cepat gejala muncul, makin berat gejala yang diderita.
  2. Arterial Gas Embolism disebabkan oleh mekanisme overekspansi gas dalam paru-paru ketika penyelam naik cepat dari kedalaman, dimana gelembung udara masuk ke pembuluh dara vena diteruskan sampai ke otak dan menyebabkan cerebral arterial gas embolism. Secara praktis gejala decompression sickness dan arterial gas embolism sangatlah sulit di bedakan, Sehingga kedua penyakit tersebut kemudian dimasukan sebagai satu penyakit yaitu decompression illness (DCI). Penyakit ini dapat menyebabkan cacat permanen dan harus diterapi secara agresif dengan terapi rekompressi, meskipun terlambat. Tanpa terapi rekompressi sebenarnya ada kemungkinan hilangnya gejala dengan sendirinya, akan tetapi dengan terapi rekompressi akan membuat gejala hilang dengan waktu yang cepat. 25% kasus DCI akan meninggalkan gangguan saraf yang permanen meskipun telah diterapi dengan rekompressi.    
Tanda dan gejala dari DCI sangatlah bervariasi, sehingga gejala apapun yang tidak diketahui sebabnya, yang muncul setelah diving harus disangka sebagai DCI sampai dibuktikan sebaliknya. Gejala ringan biasaya berhubungan dengan saraf sensoris (kesemutan, rasa baal, terutama pada tangan) dan gejala yang berat berhubungan dengan motorik (kelemahan otot, inkoordinasi otot).
Penanganan pertama DCI adalah dengan memberikan oksigen 100% secepatnya, kadang diperlukan resusitasi jantung paru (RJP) disertai resusitasi cairan tubuh dan pencegahan hipotermia. Namun yang teramat penting tentunya pengenalan gejala secara dini. Penyelam kadang tidak bisa mengenali atau kadang menyangkal masalah yang muncul pada dirinya, karena adanya kemungkinan gangguan kognitif yang disebabkan oleh penyakit tersebut.
Penanganan lanjutan dari pasien DCI tergantung dari beratnya gejala, waktu evakuasi dan penanganan di recompression chamber. Bila penyelaman dilakukan di daerah terpencil, Anda harus membuat atau mengetahui rencana evakuasi emergency ke recompression chamber. Di Indonesia sendiri recompression chamber hanya ada beberapa di rumah sakit saja, sehingga kadang Anda perlu mengetahui dimana fasilitas recompressi chamber terdekat dari awal.

Barotrauma

Didalam air, jika ruang yang berisi udara dalam tubuh seperti telinga tengah, sinus dan paru-paru tidak terequalisasi maka ruang tersebut akan terkompresi, yang akan menimbulkan penyakit barotrauma, seperti:
  1. Barotrauma telinga tengah, kasus yang paling banyak ditemukan terutama pada diver pemula. Tanpa equalisasi, gendang telinga akan terdorong kearah telinga tengah berakibat nyeri sampai robek. Bila robek dalam penyelaman biasanya nyeri akan menghilang dengan cepat. Kadang penyelam merasakan rasa asin di mulutnya (darah atau air laut). Air yang dingin bila masuk ke telinga tengah bisa menimbulkan vertigo. Pada pemeriksaan otoskopi biasanya gendang telinga akan terlihat merah dan bila ada perforasi, robekan akan terlihat. Barotrauma ringan tanpa robekan biasanya sembuh dalam beberapa hari, tetapi penyelam dengan perforasi gendang teling tidak bisa menyelam lagi minimal selama 4 minggu.
  2. Barotrauma Telinga Dalam. Tekanan tinggi dalam tengkorak yang disebabkan oleh valsalva manouver yang berlebihan bisa mengakibatkan rupture dari organ pendengaran atau kerusakan organ keseimbangan yang berada di telinga dalam. Hal ini mengakibatkan vertigo yang berat dan menyebabkan kehilangan pendengaran. Vertigo harus dibedakan dengan vertigo sementara ketika naik dari kedalaman yang berhubungan dengan jumlah udara yang dialirkan ke telinga tengah berbeda (alternobaric vertigo) antara kiri dan kanan, yang biasanya ini menghilang dalam hitungan menit.
  3. Barotrauma Pulmonum adalah bentuk yang paling serius dan fatal. Jika udara yang berada dalam paru-paru tidak bisa mengalir dengan bebas ketika naik dari kedalaman, udara tersebut bisa keluar melalui jaringan paru yang lemah sehingga menyebabkan pneumothorax (nyeri dada, dan sesak nafas); menyebabkan pneumomediastinum (nyeri dada central, perubahan suara, pembengkakan di leher); atau yang paling serius, masuk ke peredaran darah, menyebabkan emboli udara ke otak dan kadang ke arteri koroner yang menyuplai darah ke jantung. Hal ini terjadi bila seorang penyelam naik dari kedalaman dengan sangat cepat dan mendadak. Penyelam biasanya tidak sadar di permukaan atau beberapa menit setelahnya yang kadang di sertai dengan kejang. Barotrauma pulmonum ringan biasanya menyebabkan gejala yang menyerupai stroke dengan kelumpuhan sebelah (Hemiparesis) dan bicara rero. Penanganan hal ini sama dengan penanganan pada decompression illness.

Penyakit yang Berhubungan dengan Gas

  1. Nitrogen Narcosis. Tekanan parsial nitrogen yang tinggi memiliki efek yang hampir sama dengan obat-obatan anastesi, menyebabkan penglihatan tunnel (tunnel vision), euphoria, tinnitus, ketidakmampuan mengerjakan tugas yang komplek, kehilangan koordinasi, rasa mengantuk dan mungkin hilang kesadaran. Hiperkapnia (peningkatan CO2 dalam darah) dan kerja berat biasanya memperberat gejala yang bisa bervariasi pada setiap penyelam dan tempat penyelaman yang berbeda (lebih berat pada lokasi yang dingin, gelap dan visibility yang jelek). Gejala biasanya menghilang bila penyelam naik, yang menjadi masalah adalah pengaruhnya pada performace penyelam, yang mengakibatkan DCI atau near drowning.
  2. Hiperkapnia. Karbon Dioksida (CO2) adalah produk utama yang dikeluarkan dalam pernapasan. Penyelam yang bekerja keras menghemat udara dari tanki atau memakai alat scuba yang kualitasnya tidak baik memiliki resiko terkena ini. Gejala hiperkapnia biasanya adalah sakit kepala, rasa pusing, palpitasi, rasa ngantuk. Kadang juga hiperkapnia bisa menyebabkan sesak nafas, akan tetapi ini sangat jarang pada penyelaman, dikarenakan sensasi sesak napas di dihambat oleh tekanan parsial oksigen yang tinggi. Ketika di ari penyelam harus berhenti bergerak dan menghentikan penyelaman bila gejala tidak menghilang cepat. Di permukaan gejala akan cepat menghilang ketika penyelam tersebut bernafas dengan udara segar atau oksigen.
  3. Keracunan Oksigen. Oksigen bersifat toksik dalam tekanan parsial yang tinggi, akan tetapi keracunan oksigen sangat jarang terjadi pada penyelaman menggunakan udara normal. Ini disebabkan threshold untuk terjadinya keracunan oksigen akut (sekitar 1,6 atm absolute, ATA) terjadi pada kedalaman 66 meter, dimana nitrogen narcosis lebih mungkin menyebabkan masalah. Namun hal ini tentunya berbeda dengan penyelaman memakai Nitrox. Keracunan Oksigen akut terutama mempengaruhi saraf pusat, mengakibatkan gangguan penglihatan, pendengaran, twitching otot (terutama wajah dan diafragma), mual dan kejang. Ini bisa terjadi tanpa peringatan sebelumnya dan bisa berakibat fatal. Bila seorang penyelam mengalami gejala ini, dia harus berhenti bergerak, naik atau mengganti tabung yang mengandung campuran gas dengan kadar oksigen yang lebih rendah.
  4. Hipoksia atau kekurangan oksigen sangat jarang terjadi. Hipoksia akan mengakibatkan kehilangan kesadaran tanpa peringatan sebelumnya. Penyelam dalam (deep diver) yang menggunakan campuran gas dengan kadar oksigen kurang dari 12% di kedalaman, bila dipakai di permukaan akan mengakibatkan hipoksia.
  5. Keracunan Karbon Monoksida (CO) sudah jarang terjadi, terutama sejak para penyelam sadar akan bahaya pengisian udara lewat kompresor. Hal ini terjadi bila pipa penyedot udara terlalu dekat dengan pipa hasil pembakaran mesin kompresor tersebut. Gejala biasanya muncul di kedalaman seperti disorientasi, lupa waktu, inkoordinasi, sakit kepala, dan muntah. Penanganan dengan pemberian oksigen 100%, namun bila gejala menetap maka diperlukan penanganan di ruang rekompressi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar